“Pernikahan itu bukan sekedar janji, tapi sebuah Mitsaqan Ghalizan (Perjanjian Agung di hadapan Allah).”
Dalam Al-Qur’an, kata mitsaqan ghalizan hanya disebut tiga kali, yaitu:
- Perjanjian Allah dengan para nabi (QS. Al-Ahzab: 7)
- Perjanjian Allah dengan Bani Israil (QS. An-Nisa: 154), sampai Allah angkat gunung di atas mereka.
- Perjanjian dalam pernikahan (QS. An-Nisa: 21).
Bayangkan, akad nikah disejajarkan dengan perjanjian para nabi dan perjanjian Allah dengan Bani Israil. Ini menunjukkan betapa agung dan beratnya akad pernikahan di sisi Allah.
Bukan Sekadar Janji di Depan Manusia
Pernikahan bukanlah sekadar ikatan cinta atau janji di depan penghulu, wali, atau saksi manusia.
Hakikatnya, ijab qabul adalah janji kepada Allah SWT, disaksikan para malaikat, dan menjadi perjanjian yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, karena pernikahan adalah amanah besar yang akan dipertanggungjawabkan.
Makna Mitsaqan Ghalizan dalam Pernikahan
- Ikatan yang kuat: bukan sekadar kesepakatan sosial, tapi kontrak spiritual yang kokoh.
- Amanah agung: suami dan istri saling memikul tanggung jawab, menjaga hak dan kewajiban masing-masing.
- Ibadah seumur hidup: pernikahan adalah ladang pahala, jalan menuju ketenangan (sakinah), cinta (mawaddah), dan kasih sayang (rahmah).
Refleksi untuk Kita
Jangan pernah meremehkan lafaz ijab qabul.
Itu bukan hanya prosesi singkat, melainkan janji langit yang sakral, yang akan ditagih di hadapan Allah.
Maka, mari kita bertanya pada diri:
- Sudahkah kita memaknai pernikahan sebagai mitsaqan ghalizan?
- Sudahkah kita menjaga rumah tangga bukan sekadar demi cinta, tapi karena Allah SWT?
Kesimpulan:
Pernikahan adalah perjanjian agung yang Allah sejajarkan dengan perjanjian para nabi. Maka rawatlah rumah tangga kita bukan sekadar karena pasangan, tapi karena Allah. Dengan begitu, rumah tangga akan menjadi ladang pahala dan jalan menuju surga.
