Refleksi dari QS. An-Nisa: 1
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu dan Allah menciptakan pasangannya dari dirinya…” (QS. An-Nisa: 1)
Allah-lah yang menciptakan pasangan kita. Ia bukan sekadar hasil pencarian kita sendiri, melainkan takdir yang Allah tentukan. Maka, pernikahan sejatinya adalah wujud iman, menerima kelebihan sekaligus kekurangan pasangan dengan penuh syukur.
Bukan Menuntut, Tapi Bersatu dalam Visi Surga
Pernikahan bukan tentang meminta pasangan selalu sesuai dengan keinginan kita.
Sebaliknya, ia adalah usaha bersama untuk bersatu dalam visi dan misi menuju surga.
Perbedaan karakter, latar belakang, bahkan pola asuh yang membentuk kita sejak kecil bukan alasan untuk menjauh. Justru perbedaan itu menjadi ruang untuk saling belajar, melengkapi, dan bertumbuh bersama.
Bahasa Lembut & Sabar sebagai Ibadah
Allah memerintahkan kita untuk menjaga keluarga dengan takwa.
Salah satu wujudnya adalah:
- berkata dengan lemah lembut,
- bersabar ketika diuji,
- saling memahami dalam suka maupun duka.
Kasih sayang yang tumbuh dalam rumah tangga bukan sekadar romantisme duniawi. Itu adalah rahmat Allah, yang meneguhkan hati-hati kita agar tetap bersama karena-Nya.
Menyatukan Dua Insan, Dua Keluarga
Pernikahan bukan hanya menyatukan dua jiwa, melainkan juga menyambungkan dua keluarga besar.
Di sinilah kita belajar menjaga silaturahim sebagai perintah Allah, meskipun masing-masing dibesarkan dengan cara yang berbeda.
Perbedaan latar belakang keluarga seharusnya tidak menjadi alasan untuk menjauh, melainkan peluang memperluas kasih sayang, memperkuat ukhuwah, dan menebar manfaat yang lebih luas.
Belajar dari Ummul Mukminin Khadijah
Ketika masalah datang dan hati terasa berat, kadang kita bingung harus bercerita kepada siapa.
Belajarlah dari Sayyidah Khadijah Radhiyallahu ‘anha yang selalu mencurahkan isi hati hanya kepada Allah.
Karena sesungguhnya tempat terbaik untuk bersandar adalah Allah SWT, Dzat yang menyatukan hati-hati kita dan yang paling tahu apa yang terbaik bagi rumah tangga kita.
Kesimpulan:
Pernikahan bukan sekadar romantisme, tapi jalan iman yang Allah tetapkan agar kita saling mendukung menuju surga. Mari rawat rumah tangga dengan takwa, kelembutan, dan doa, karena Allah-lah yang menyatukan dan Allah pula yang akan menolong kita menjaganya.